Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
KOMPAS.com - Sejumlah peneliti dari University of Queensland, Australia berhasil menangkap spesies anakonda raksasa yang diyakini sebagai spesies ular terbesar di dunia.
Ular anakonda hijau utara berukuran raksasa ini ditemukan di pedalaman hutan Amazon, Ekuador, Amerika Selatan.
Spesies baru ini, dijelaskan dalam jurnal Diversity, berbeda dari anaconda hijau selatan yang telah ada sekitar 10 juta tahun yang lalu, dan secara genetik berbeda sebesar 5,5 persen.
Penemuan spesies ular anakonda terbesar itu terjadi saat syuting serial National Geographic berjudul Pole to Pole with Will Smith yang disiarkan Disney+ pada Februari 2024.
Tim peneliti yang dipimpin profesor Bryan Fry menemukan anakonda tersebut dengan bantuan penduduk asli Waorani.
Baca juga: Bukan Anaconda, Ini Ular Terbesar yang Pernah Ada di Dunia
Spesies anakonda raksasa terbaru
(23/2/2024), anakonda hijau memang ular terberat di dunia
Museum Sejarah Alam Inggris mencatat, ular anakonda hijau yang pernah tercatat memiliki berat 227 kilogram, panjang 8,43 meter, dan lebar 1,11 meter.
Bila dibandingkan ular lain, sanca batik hanya mempunyai panjang 6,25 meter.
Dilihat dari temuan Bryan Fry dan tim University of Queensland, ular anakonda hijau yang pernah tercatat itu memiliki ukuran lebih panjang. Namun, hewan tersebut berspesies anakonda hijau selatan.
Spesies anakonda hijau utara yang baru ditemukan sebagai ular terbesar punya genetik yang berbeda dengan anakonda hijau selatan.
Diberitakan The Independent (23/2/2024), spesies baru ini memiliki gen yang sangat berbeda dari anakonda hijau selatan yang ditemukan sejak 10 juta tahun lalu. Secara genetik, perbedaannya sebesar 5,5 persen.
Sebagai gambaran perbandingan, manusia hanya berbeda gen sekitar 2 persen dari simpanse.
Para peneliti juga membandingkan genetika anakonda hijau dengan spesimen ular yang dikumpulkan di tempat lain.
Menurut mereka, temuan ini sangat penting untuk konservasi anakonda selaku hewan predator puncak rantai makanan yang memengaruhi keseimbangan ekosistem.
Baca juga: Waspadai 4 Jenis Ular yang Sering Masuk Rumah di Musim Hujan, Lakukan Ini untuk Mengusirnya
Habitat anakonda raksasa terancam
Sebagai spesies ular raksasa yang baru ditemukan, para peneliti menyoroti kondisi sekitar hutan Amazon habitat reptil tersebut mengkhawatirkan.
“Deforestasi di lembah Amazon akibat ekspansi pertanian diperkirakan mengakibatkan hilangnya habitat sebesar 20-31 persen, yang mungkin berdampak pada 40 persen hutan Amazon pada tahun 2050,” katanya.
Selain itu, wilayah tersebut terancam polusi logam berat akibat pertambangan, kebakaran hutan, kekeringan, dan perubahan iklim. Kondisi ini mengancam kehidupan anakonda raksasa dan makhluk hidup di sana.
Karena itu, Bryan mengungkapkan, pihaknya akan melakukan penelitian lebih lanjut terhadap spesies dan ekosistem di hutan Amazon.
“Yang paling mendesak adalah penelitian tentang bagaimana petrokimia dari tumpahan minyak mempengaruhi kesuburan dan biologi reproduksi ular langka ini dan spesies penting lainnya di Amazon," imbuh dia.
Spesies ular anakonda baru ditemukan para ilmuwan di hutan hujan Amazon. Dikabarkan, spesies tersebut merupakan jenis ular yang terbesar di dunia.
Para ilmuwan yang bekerja di hutan hujan Amazon telah menemukan spesies ular anakonda baru, yang dikabarkan merupakan ular terbesar di dunia.
Awalnya, tim Universitas Queensland pergi ke Amazon Ekuador untuk mencari anakonda hijau utara (Eunectes akayima) yang sebelumnya tidak terdokumentasikan. Mereka diundang masyarakat Waorani mengamati anakonda yang dikabarkan terbesar yang pernah ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim tersebut bergabung dengan pemburu dalam ekspedisi 10 hari ke wilayah Bameno, sebelum mendayung menyusuri sistem sungai untuk menemukan beberapa anakonda bersembunyi di perairan dangkal, menunggu mangsa. Anakonda inilah yang diduga terbesar di dunia dan mereka namakan anakonda hijau utara (Eunectes akayima).
"Ukuran makhluk ini sungguh luar biasa, seekor anakonda betina yang kami temui berukuran panjang 6,3 meter," kata Profesor Bryan Fry, ahli biologi Universitas Queensland, yang memimpin tim tersebut.
Tim juga mengatakan telah mendengar bukti samar bahwa ular berukuran 7,5 meter dan berat 500 kilogram telah terlihat di daerah tersebut.
Anakonda hijau adalah ular terberat di dunia. Museum Sejarah Alam Inggris, mencatat bahwa ular terberat yang pernah tercatat berbobot 227 kilogram. Panjangnya 8,43 meter dan lebar 1,11 meter. Sementara spesies lain, ular sanca batik, cenderung lebih panjang, sering mencapai lebih dari 6,25 meter tapi lebih ringan.
Para ahli yang mempelajari makhluk tersebut menemukan bahwa spesies anaconda hijau utara yang diidentifikasi ini, menyimpang dari anaconda hijau selatan hampir 10 juta tahun yang lalu, dan perbedaan genetik mereka sebesar 5,5%.
"Ini cukup signifikan, sebagai perbandingan, manusia hanya berbeda sekitar 2% dari simpanse," kata Fry yang dikutip detikINET dari CNN. Temuan ini dijelaskan dalam jurnal MDPI Diversity.
Para peneliti juga memperingatkan Amazon menghadapi banyak ancaman. "Deforestasi di lembah Amazon akibat ekspansi pertanian diperkirakan mengakibatkan hilangnya habitat sebesar 20-31%, yang mungkin berdampak pada 40% hutan Amazon pada tahun 2050," kata Fry.
Degradasi habitat, kebakaran hutan, kekeringan dan perubahan iklim mengancam spesies langka seperti anakonda, yang hidup di ekosistem langka tersebut.
Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul Spesies Baru Ular Terbesar di Dunia Ditemukan di Amazon
Ikan paus selalu dianggap sebagai makhluk terbesar yang hidup di lautan. Benar bahwa mamalia satu ini berukuran sangat besar, tetapi paus ternyata bukan satu-satunya ikan yang memiliki ukuran tubuh besar.
Tidak banyak orang yang tahu jika selain paus, hiu juga memiliki ukuran tubuh yang luar biasa besar. Tidak semua memang, namun beberapa spesies hiu tertentu memiliki tubuh yang sama besarnya dengan paus. Dilansir World Atlas dan berbagai sumber lainnya, ini dia lima spesies hiu terbesar di dunia!
Hiu macan merupakan salah satu spesies hiu paling berbahaya bagi manusia. Pasalnya sama seperti hiu putih, hiu macan juga termasuk spesies yang paling sering menyerang manusia. Dilansir National Geographic, nama tersebut diberikan karena garis-garis gelap yang ada di kulitnya menyerupai kulit macan.
Namun seiring bertambahnya usia, garis ini pada akhirnya akan memudar. Seekor hiu macan dewasa bisa tumbuh sepanjang 7 meter dan berat mencapai 860 kilogram. Mereka biasanya dapat ditemukan di perairan tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Soal makanan, hiu macan bukan tipe yang suka pilih-pilih. Mereka akan memakan apa pun yang mereka temukan di lautan. Mulai dari kura-kura hingga sampah pun akan dilahapnya ketika lapar.
Berbeda dengan hiu kebanyakan yang bergerak dengan gesit, hiu greenland justru sangat lamban. Salah satu alasannya, karena tubuh mereka yang sangat besar. Hiu greenland dewasa bisa tumbuh sepanjang 7,3 meter dengan berat 900 kilogram.
Hiu greenland juga menjadi satu-satunya hiu yang menghuni perairan dalam dan dingin seperti Samudra Arktik dan Atlantik. Di musim panas, mereka akan berenang menuju perairan yang dalam dan naik ke permukaan saat musim dingin tiba. Di dua samudra ini, hiu greenland bertahan hidup dengan memangsa anjing laut dan berbagai jenis ikan yang berhasil dia tangkap.
Baca Juga: 7 Spesies Hiu yang Tidak Berbahaya Bagi Manusia, Termasuk Hiu Paus
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Di antara semuanya, hiu putih merupakan spesies yang paling populer. Mereka dikenal sebagai hiu paling ganas yang suka memangsa manusia. Nyatanya bukan hanya itu, hiu putih juga bisa tumbuh hingga ukuran raksasa. Predator ganas ini bisa tumbuh sepanjang 7 meter dengan berat 3.500 kilogram.
Kebalikan dari hiu greenland yang menyukai perairan dingin, hiu putih lebih memilih tinggal di tempat beriklim sedang seperti Samudra Pasifik, perairan Amerika Utara, Meksiko, dan Afrika Selatan. Mereka biasanya memangsa cumi-cumi atau ikan pari, tetapi tidak jarang mereka menyerang manusia yang sedang berenang di perairan dekat pantai.
Memiliki panjang 8 meter, berat 6.000 kilogram, serta mulut yang bisa terbuka selebar 1 meter, hiu basking sekilas memang terlihat sangat menakutkan bagi manusia. Bagaimana tidak, dengan mulutnya yang lebar, spesies ini bisa saja menelan manusia hanya dalam sekali hap.
Untungnya, tidak seperti kebanyakan hiu yang suka menyerang manusia, hiu basking justru termasuk cukup ramah. Dilansir Oceana, spesies ini tidak mengonsumsi ikan, cumi, atau makhluk besar lainnya, melainkan plankton yang berukuran kecil.
Hiu basking sebenarnya hidup di tempat beriklim subkutub yang dingin. Namun saat musim panas tiba, mereka akan bermigrasi sejauh 9.000 km menuju wilayah pesisir untuk mencari copepoda, krustasea kecil yang juga menjadi makanan favoritnya.
Dengan berat yang bisa mencapai 12.500 kilogram dan panjang 20 meter, hiu paus jelas merupakan spesies hiu sekaligus ikan terbesar di dunia. Sama seperti hiu basking, mereka mencari makan dengan membuka mulutnya selebar mungkin dan melahap apa pun yang masuk ke mulutnya.
Umumnya, hiu paus bertahan hidup dengan mengonsumsi plankton, cumi-cumi, ubur-ubur, ikan teri, dan kepiting. Mereka biasanya hidup di wilayah beriklim tropis dan sedang seperti perairan Ekuador, Australia, Afrika Selatan, Filipina, bahkan juga berenang di perairan Indonesia.
Kebanyakan orang hanya mengenal hiu putih sebagai satu-satunya spesies hiu di muka Bumi. Kenyataannya, lautan menampung lebih dari 500 spesies hiu dengan ukuran yang bervariasi. Ada hiu yang berukuran kecil, sedang, dan berukuran raksasa seperti lima spesies hiu terbesar di atas!
Baca Juga: Ini 7 Jenis Hiu Purba Paling Mengerikan di Dunia, Seram!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
- Kekayaan laut Papua tak habis menuai pujian dunia. Jika Raja Ampat sudah memukau, tunggu sampai tahu soal Teluk Cendrawasih, Papua Barat. Inilah rumah untuk hiu terbesar di dunia.
Ikan primadona itu adalah hiu paus alias whale shark, ikan hiu terbesar di dunia. Panjangnya bisa 12 meter, sepanjang bis kota! Hiu paus ada juga di Maladewa. Tapi di Indonesia, rumah mereka adalah Teluk Cendrawasih di Papua Barat. Berenang bersama hiu paus adalah idaman banyak wisatawan penggemar diving.
Operator cruise dan diving, North Star Cruises dari Australia, baru-baru ini telah mengantungi izin dari pemerintah Indonesia untuk bisa membawa wisatawan ke Teluk Cendrawasih yang ada di belakang kepala burung Pulau Papua ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari situs resmi North Star, Senin (30/7/2012), mereka memang melayani pelayaran untuk diving ke Papua Barat dan Papua Nugini. Di Papua Barat, mereka punya pelayaran diving ke Raja Ampat, dan kali ini mereka pun sudah punya pelayaran diving ke Taman Laut Teluk Cendrawasih.
Teluk Cendrawasih tersohor sebagai tempat tujuan migrasi ikan. Ada lebih dari 200 spesies ikan termasuk ikan kakatua, anemon dan 4 jenis penyu.
Nah, hiu paus ini menjadi daya tarik di Teluk Cendrawasih. Ikan ini terkenal suka mencomot ikan-ikan yang sudah dijaring nelayan. Ini adalah keunikan yang luar biasa.
Pakar laut North Star, Dr Andy Lewis kepada Sydney Morning Herald mengatakan, nelayan di Teluk Cendrawasih membangun hubungan yang baik dengan hiu paus. Ada nilai lokal yang positif dimana nelayan Teluk Cendrawasih menganggap hiu paus adalah jimat keberuntungan. Hubungan yang harmonis bukan?
Jangan takut dengan kebuasan hiu paus. Ikan ini hanya makan zooplankton, udang-udang kecil, ubur-ubur dan anak-anak koral, selain juga ikan pemberian nelayan.
General Manager North Star, Peter Trembath mengatakan wisatawan yang ikut paket mereka bisa diving dan snorkling sepuasnya. Paket yang ditawarkan untuk melihat hiu paus adalah pelayaran 10 hari ke Teluk Cendrawasih.
Diving site yang ditawarkan adalah Pulau Amsterdam yang memiliki situs Junkyard, kapal Perang Dunia II di kedalaman 30 meter yang jernih dan kini menjadi habitat ikan. Pelayaran ke Teluk Cendrawasih dimulai Oktober 2012 dan dijual AUD 18.495 per orang (atau Rp 183,5 juta) untuk 10 hari, termasuk pesawat dari Darwin, Australia ke Sorong, Papua Barat. Berminat?
Mari kita mengenal Benteng Wolio, bangunan benteng paling besar di dunia. Lokasinya ada di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.
Benteng Wolio awalnya dibangun oleh Raja Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Kaimuddin pada abad ke-16. Benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu karst yang disusun mengelilingi komplek istana untuk membuat pagar pembatas antara komplek istana dengan pemukiman masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan.
Namun, pada masa pemerintahan Raja Buton IV, La Elangi atau Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen. Konon katanya batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir, dan kapur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Wolio memberikan pengaruh besar terhadap eksistensi kerajaan. Dalam kurun waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh.
Benteng Wolio sendiri memiliki 12 pintu gerbang yang disebut 'Lawa' dan 16 emplasemen meriam yang mereka sebut 'Badili', 4 boka-boka (bastion berbentuk bulat), batu tondo (tembok keliling), parit, dan alat persenjataan.
Karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik pada zamannya.
Salah satu sultan yang sangat dihormati pada masanya ialah Sultan Buton VI, Lakilaponto atau yang dikenal dengan nama Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis.
Benteng Wolio di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Foto: Kemenparekraf)
Ia menjadi sultan pertama dan raja terakhir, karena sistem pemerintahan yang semula kerajaan diubah menjadi kesultanan. Sebagai raja beliau memerintah selama 20 tahun, sementara sebagai sultan selama 26 tahun.
Agama Islam mulai masuk ke Kota Baubau saat di bawah pemerintahannya. Semasa pemerintahannya pula, ia mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masigi Ogena atau Masjid Agung Kesultanan Buton. Hingga kini masjid tersebut masih difungsikan sebagai tempat ibadah umat Islam.
Menurut Keterangan Ketua Pokdarwis Dadi Mangora Keraton Molagina Maman di dalam Masjid Agung Kesultanan Buton ini sarat akan makna. Sebut saja jumlah anak tangganya ada sebanyak 17, menandakan jumlah rakaat salat.
Lalu untuk panjang bedugnya 99 cm, melambangkan asmaul husna dan pasaknya berjumlah 33 sesuai dengan jumlah tasbih.
Makam Sultan Muhrum juga berada di dalam kawasan Benteng Wolio. Dibangunnya makam guna memberikan penghormatan kepada jasa-jasa Sultan semasa hidupnya. Makam ini kerap kali dimanfaatkan masyarakat sebagai wisata ziarah atau yang disebut dengan 'Santiago'.
Di dekat makam Sultan Muhrum terdapat Batu Yi Gandangi. Menurut masyarakat setempat belum sah ke Kota Baubau kalau belum menyentuh batu tersebut. Dulunya tempat batu ini terdapat mata air pada celah batu yang diyakini dapat mengeluarkan air bila ada penobatan raja atau sultan.
Selain Benteng Wolio yang menjadi warisan budaya nusantara, terdapat beragam unsur atraksi wisata menarik. Diantaranya Kande-Kandea, Posipo, Alana Bulua, Dole-Dole, Tandaki, Haroa, Qadiri, Qunua, Tembaana Bula, serta berbagai permainan tradisional. Namun, atraksi tersebut hanya bisa dinikmati pada waktu tertentu, tergantung tradisi masyarakat Buton serta pada setiap event budaya lainnya di Kota Baubau.
Penemuan anakonda terbesar di dunia
Bryan Fry dan tim dari University of Queensland melakukan penjelajahan di hutan terpencil Amazon untuk syuting serial Pole to Pole with Will Smith berama para kru film.
Dikutip dari rilis resminya, Bryan Fry memimpin tim tersebut untuk menangkap dan mempelajari beberapa spesimen anakonda hijau utara (Eunectes akayima) . Spesies ular tersebut baru diberi nama.
Mereka lalu melakukan pejelajahan di wilayah Bameno, Baihuaeri Waorani dalam hutan Amazon, Ekuador.
Mereka ke sana atas undangan masyarakat setempat Waorani untuk mengumpulkan sampel dari populasi anakonda yang katanya terbesar di dunia.
Selama sepuluh hari ekspedisi, mereka ditemani pemburu setempat masuk ke hutan Amazon untuk mencari spesies ular yang dianggap keramat.
“Kami mendayung kano menyusuri sistem sungai dan cukup beruntung menemukan beberapa anakonda bersembunyi di perairan dangkal, menunggu mangsa," kata Bryan.
Tak lama kemudian, mereka menemukan seekor anakonda betina dengan ukuran panjang 6,3 meter.
"Ukuran makhluk menakjubkan ini sungguh luar biasa," ungkap Bryan.
Sementara itu, masyarakat Waorani melaporkan pernah melihat anakonda lain di daerah tersebut yang berukuran panjang lebih dari 7,5 meter dan berat sekitar 500 kilogram.
Tim peneliti lalu mengambil sampel darah dan jaringan dari ular besar tersebut. Mereka juga mengamati ciri-ciri fisik, menghitung sisik, serta mengamati corak dan warnanya.
Baca juga: BRIN Temukan Jenis Ular Air Baru di Sulawesi, Berekor Pipih